Berawal dari blognya Adhit yang semakin menyadarkan diri bahwa inflasi itu jahat dan investasi is a must instead of saving, Dipo menyapa dengan wacana investasi dan proteksi nilai kekayaan dengan Dinar (Thanks Dip). Kenapa ga inves di reksadana? Karena saya keberatan setiap hari hati ketar-ketir ngecek harga saham. Karena saya sebenarnya butuh tabungan sakti yang tak terkalahkan inflasi plus resiko kerugian tak terduga mendekati nol (setidaknya untuk 70% kekayaan). Yang mana sampai saat saya tahu tentang dinar ini saya anggap tidak ada. Saya lupa, Ibu tercinta jauh-jauh hari sudah mewacanakan supaya tabungan saya dibelikan perhiasan emas.
Oh Dinar yang ini ternyata bukan Dinar Iraq yg pernah saya dengar. Udah curiga awalnya, tapi di blognya bilang beda. Sejauh sedekat ini akal sehat saya bilang masuk akal. Cuma memang ada halangannya untuk mulai menabung dalam dinar, pajak penjualannya yang notabene pajak perhiasan, biaya cetak, biaya deposit box dan keterbatasan pengetahuan bikin saya masih ragu untuk beli.
Tapi saktinya, dinar ini bisa bilang "ke laut aja" sama momok inflasi. 1 dinar dulu dan sekarang bisa buat beli 1 kambing. 200 rupiah jaman Ibu saya muda dulu bisa buat beli mesin jahit tapi sekarang nggak. Saya butuh uluran tangan nih... yuk sama-sama itung sebanding ga secara materi untuk menyimpan Dinar ini. Secara syariah sih ga usah ditanya, this matter feels so close to Islam's way of trading.
3.19.2008
Kembali ke Syariah, Kenalan dengan Dinar
Labels: what i think
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment