Membaca tulisan A. Fuadi di Negeri 5 Menara-nya. Dia menulis, "Inilah energi yang terus memutar mesin sekolah kami, aura tebal yang menyelimuti segala penjuru, dan ruh yang menguasai kami semua. Apa pun kegiatan, baik senang maupun tidak, selalu dilipur dan dihibur dengan potongan kalimat: "ikhlaskan ya akhi..." Dan begitu potongan itu disebut, rasanya hati menjadi plong dan badan menjadi segar, seperti habis merenggak STMJ. Sebuah prinsip yang sakti dan manjur"
Lalu selanjutnya dia menulis, "Jiwa keikhlasan dipertontonkan setiap hari di PM. Guru-guru kami yang tercinta dan hebat-hebat sama sekali tidak menerima gaji untuk mengajar. Mereka semua tinggal di dalam PM dan diberi fasilitas hidup yang cukup, tapi tidak ada gaji. Dengan tidak adanya ekspektasi gaji dari semenjak awal, niat mereka menjadi khalis. Mengajar hanya karena ibadah, karena perintah Tuhan. Titik."
Saya jadi terinspirasi, mengikhlaskan setiap pemberian, pengorbanan, hati yang tersakiti, waktu yang terbuang. Semua punya Allah, bukan punya saya. Lalu.. ya, hati jadi tenang, semangat lagi. Semua amanah Allah pada saya adalah rahmatan lil 'alamin. Bukan punya saya.
10.11.2009
Dan Airmata Saya Terbetik
Labels: books, what i feel
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment