8.05.2007

Where does it come from?

Pernah terpikir? Musik, film dan buku yang kita dengar, tonton dan baca itu datang darimana? Dari orang seperti apa? Yang proses pembuatannya dalam keadaan seperti apa?

Pernah terpikir branded things yang kita pakai, dibiayai produksinya oleh orang2 seperti apa? Seperti apa kebijakannya terhadap buruh? Di negara-negara ketiga barang mereka diproduksi secara murah, karena tenaga kerjanya murah. Sebesar apa kepedulian mereka terhadap dampak kemanusiaan di negara tersebut? Modal dari mana yang mereka pakai untuk memproduksi barang itu secara masal? Membeli mesin-mesinnya? Apa mereka peduli untuk membagi keuntungan tiada tara kepada sesama? Untuk kelangsungan bumi dan anak2, kesejahteraan umat manusia.

Kita menggunakan, membeli, berarti menyokong produsennya. Mendukung gaya hidup dan cita-cita mereka. Mengakui pengaruh mereka. Setuju atas tindakan mereka.

Dukung yuk upaya memanusiakan bisnis.
Karena pelaku bisnis adalah manusia.
Karena kita konsumen adalah manusia.
Urusan bisnis adalah urusan manusia.

Saya hargai upaya Unilever Indonesia yang peduli lingkungan. Kalau belum dirubah, bisa lihat website career mereka yang men-challenge applicant dengan berkata: kalau anda menganggap membuang limbah plastik di tepi sungai adalah baik, anda harus join perusahaan kami. Hehehehe, jangan salah sangka ya, makanya cek aja dulu.

Perusahaan luar negeri juga mulai sadar berbagi. Kata dosen metolit saya, 30% dari keuntungan mereka 'kembalikan' kepada masyarakat. Mereka tulis secara eksplisit hal tersebut di kemasan produknya.

Pertamina juga sadar berbagi. Kata spanduknya, berhati berbagi. Berbagi untuk Aceh, PMI, pendidikan, usaha kecil, BUMN lainnya (utang boleh, asal bayar).

Tapi minyak tanah tetap akan dikonversi ke LPG. Secara etika tidak berhati. Satu tabung gas harganya mencekik orang miskin. Satu liter minyak tanah masih bisa dibeli walau susah payah.

LPG retail harus ada tabung mininya, aman dan user-friendly. Mau tak mau harus diakui, rakyat bergantung pada subsidi untuk bisa makan. Tidak bisa dinafikan, ini bukan salah siapa-siapa, ini adalah kesempatan untuk memanusiakan bisnis. Sampai saatnya nanti anak negeri ini berpendidikan dan punya harga diri. Mempunyai visi untuk mandiri dan lepas dari belenggu subsidi.

Please don't get me wrong, saya cinta negeri ini, ingin mengabdi, karena itu saya disini sekarang.

PS: isi tulisan ini adalah pendapat pribadi tanpa tanggung jawab dari organisasi manapun.

0 comments:

 
Template by yummylolly.com